[BOOK REVIEW] CRITICAL ELEVEN BY IKA NATASSA

By Mila Journeys - 4:33 AM



JUDUL     : CRITICAL ELEVEN
PENULIS : IKA NATASSA
JUMLAH HALAMAN : 344 HALAMAN
PENERBIT : GRAMEDIA PUSTAKA (AGUSTUS 2015)
ISBN   : 9786020318929


*BLURB*

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It’s when the aircraft is most vulnerable to any danger.
In a way, it’s kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.
Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.
Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.
Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.

Novel ini menceritakan tentang Aldebaran Risjad (Ale) yang merupakan seorang petroleum engineer dan Tanya Baskoro (Anya) yang  seorang management consultant. Mereka dipertemukan pertama kali  di dalam pesawat penerbangan Jakarta-Sydney.  Pada waktu Critical eleven. Critical eleven adalah 11 menit paling kritis dalam pesawat, yakni 3 menit setelah take off dan 8 menit sebelum landing. Pada waktu itulah mereka berbicara mengenai hal-hal yang mereka sukai. Saling melempar senyum dan tertawa satu sama lain. Dalam 11 menit itu pula waktu pertemuan dan perpisahan mereka terjadi. Namun ternyata pertemuan itu memiliki dampak yang besar dan membawa mereka hingga menuju gerbang pernikahan.
Di awal pernikahan mereka, semua terlihat baik-baik saja, sebelum akhirnya setelah lima tahun mereka bersama sebuah tragedi yang tak di sangka-sangka hadir diantara Ale dan Anya. Membuka konflik baru dalam kehidupan rumah tangga mereka. Kehidupan rumah tangga yang seharusnya harmonis kini berubah menjadi tidak harmonis lagi. Mereka pun akhirnya mempertanyakan kembali keputusan yang telah mereka ambil pada saat pertama kali mereka bertemu.Dengan sabarnya Ale berusaha merubah apa yang sudah rusak di antara mereka, berusaha mempertahankan rumah tangga mereka. Namun tidak semudah itu bagi Anya untuk memaafkan Ale, setelah apa yang sudah Ale lakukan pada dirinya.
“Kata orang, waktu akan menyembuhkan semua luka, namun duka tidak semudah itu bisa terobati oleh waktu…” 
 “Tapi pernikahan tidak begitu. Saat kita duduk di depan meja penghulu dan melaksanakan ijab Kabul,semua kita “pertaruhkan”. Cinta, hati, tubuh, pemikiran,keluarga , idealisme, masa depan,karier,setiap sel keberadaan kita sebagai manusia..”
Mampukah mereka berdua merajut kasih seperti dulu hingga melupakan semua yang telah terjadi diantara mereka?
REVIEW



Ini kali pertama saya membaca karya kak Ika Natassa, untuk itu saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa terhadap novel ini selain rasa penasaran saya dengan apa makna “Critical Eleven” itu. Barulah setelah membaca buku ini saya pun  mengerti apa arti dibalik kata Critical Eleven itu sendiri. Buku ini sangat menarik, membawa saya pribadi mengenal lebih banyak kata-kata asing. Setting tempatnya pun juga memberikan pengetahuan baru bagi saya. Membuat saya penasaran dan akhirnya googling mencari tahu. 
Saya sangat suka mengenal tempat-tempat baru dan sambil membayangkan jika tokoh di dalam buku yang saya baca itu benar-benar mengunjungi tempat tersebut. Sama halnya dengan nuansa New York yang dibawa kak Ika di dalam novel ini, berhasil membuat saya membayangkan Ale dan Anya berjalan-jalan disana dan menikmati suasana kota New York.
Kelebihan novel ini sendiri bagi saya adalah penjabaran kata-kata Kak Ika yang sangat jelas dan tidak membosankan. Jadi, meskipun konflik yang diangkat terdengar sensitive dan juga alurnya mudah ditebak. Namun kembali lagi karena cara pembawaan kak Ika yang menyenangkan dan seru membuat saya membalik halaman lagi dan lagi.
Yang membuat saya terganggu mungkin adalah beberapa peristiwa yang berputar-putar dan tidak langsung pada intinya. Membuat saya sedikit gemas saat membacanya, dan seperti blurb sinopsis dibelakang buku ini

"Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.” Ada sedikit perasaan kesal terhadap sikap Anya yang menurut saya terlalu drama. Sebaliknya saya sangat mengagumi Ale yang menurut saya merupakan pria yang sabar dan mau bertanggung jawab.


 “Ujian keimanan seorang laki-laki bukan waktu dia digoda oleh uang, perempuan, atau kekuasaan seperti banyak yang dikatakan orang-orang. Ujian keimana itu sesungguhnya adalah ketika yang paling berharga dalam hidup laki-laki itu direnggut begitu saja, tanpa sebab apa-apa, tanpa penjelasan apa-apa, kecuali bahwa karena itu sudah takdirnya.
Mengenai typo sempat terlihat oleh saya, namun tidak terlalu banyak dan masih bisa di maklumi. Jujur saya tidak menyesal menjadi bagian dari pembaca yang membeli novel Best Seller ini yang langsung habis terjual 11 menit setelah Pre order dibuka. Amazing! sepertinya saya akan menjadikan kak Ika Natassa sebagai penulis favorite dan tentunnya menunggu karya-karya beliau selanjutnya.

-xoxo

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Comments system